Rabu, 30 Mei 2012

Pancasila Membolehkan Lady Gaga ke Indonesia !!

Pancasila Membolehkan Lady Gaga ke Indonesia !! Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang multikultur, memiliki beranekaragam suku, agama, adat-istiadat, serta budaya yang telah melekat sebelum bangsa ini proklamirkan. Indonesia tidak mendasarkan diri pada satu agama tertentu, tetapi juga tidak hampa atau terlepas sama sekali dari agama dan kehidupan beragama. Dalam realitasnya, Indonesia adalah bukan negara Islam melainkan negara Pancasila, sehingga secara formal kelembagaan tidak memungkinkan umat Islam, maupun Ormas-ormas Islam untuk mewujudkan seutuhnya prinsip-prinsip Islam berkenaan dengan kehadiran penyanyi eksentrik, Lady Gaga. Pro kontra terhadap kedatangan penyanyi yang disebut sebagai pemuja setan ini sangat ramai dimuat diberbagai media masa bukan hanya di tanah air melainkan juga dibeberapa negara lainnya. Alasan dari kelompok pro dan konta terhadap kedatangan Lady Gaga bermacam-macam, kelompok Pro yang umumnya berasal dari Ormas islam menganggap bahwa kehadiran Penyanyi asal negeri paman sam ini adalah untuk menghibur para penggemarnya di tanah air dan tidak untuk merusak tatanan nilai budaya bangsa sedangkan kelompok yang kontra menilai hadirnya Gaga ke Indonesia akan merusak moral bangsa karena Gaga sering mempertontonkan auratnya diatas panggung. Negara Indonesia adalah negara kebangsaan yang berbudaya (a civilized nation state) yang menjunjung tinggi demokrasi. Dalam proses demokrasi siapapun dan apapun yang akan dia lakukan harus diberi panggung. Pemerintah dalam hal ini harus mengeluarkan keputusan yang bijak dan sifatnya mengayomi semua elemen masyarakat baik pro dan kontra terhadap masalah ini agar tidak timbul benturan-benturan antara satu dengan yang lain yang mana bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Themis: Sang Dewi Keadilan

Themis: Sang Dewi Keadilan Dalam keseharian para pegiat dan pencari keadilan, pekerja hukum, element-element yang berkompeten serta bersentuhan dengan masalah hukum ada satu simbol yang sangat familiar dalam aktivitas mereka. Simbol itu adalah Themis Sang Dewi Keadilan. Dalam legenda yunani kuno, Themis dianggap sebagai dewi keadilan. Sosoknya digambarkan sebagai Dewi yang memegang pedang dan mata ditutup secarik kain hitam. Seolah, pedang di tangan kanan Themis siap menebas apapun yang culas. Siap memberantas segala sesuatu yang menindas. Menumpas setiap kejahatan yang merugikan manusia. Themis adalah sosok dewi yang siap menebas setiap keangkaramurkaan yang terjadi. Tentu dengan tanpa pandang bulu. Dalam legenda Yunani kuno terdapat kisah tentang Dewi Themis tentang keadilan yang coba dihadirkan manusia sebagai sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Themis dalam mitologi Yunani adalah salah satu Titan wanita yang memiliki hubungan dekat dengan Zeus. Dia adalah salah satu dari 7 orang Istri Zeus. PenganutNeo-Pagan terutama Helenistic NeoPagan menganggap Themis adalah dewi kebajikan dan keadilan. Beberapa sekte modern menganggap Themis berperan dalam menentukan kehidupan setelah mati. Ia digambarkan membawa seperangkat timbangan yang digunakan untuk menimbang kebaikan dan keburukan seseorang. Themis juga memberikan masukan terakhir sebelum nasib sang jiwa tersebut ditentukan oleh Hades. Sementara dalam mitologi Romawi, dewi keadilan itu namanya Lady Justice (Iustitia, atau cukup ‘Justice’). Dia adalah personifikasi dari dorongan moral yang bernaung di bawah sistem hukum. Sejak era Renaissance, Justitia telah kerapkali digambarkan sebagai wanita yang bertelanjang dada, membawa sebuah pedang dan timbangan, serta terkadang mengenakan tutup mata. Ikonografinya yang lebih modern, yang banyak menghiasi ruang persidangan, merupakan paduan dari Dewi Fortuna Romawi yang mengenakan tutup mata dengan Dewi Tyche Yunani Helleinistik (masa penjajahan Alexander Agung). Justitia secara pararel merupakan Themis, pernyataan dari adanya sebuah aturan, hukum, dan kebiasaan, dalam aspeknya sebagai personifikasi dari kebenaran mutlak dari hukum. Bagaimanapun, hubungan mitologikal keduanya tidaklah langsung. Yang membawa timbangan biasanya adalah putri Themis, Dike. Gambaran Justitia yang paling umum adalah timbangan yang menggantung dari tangan kiri, di mana ia mengukur pembelaan dan perlawanan dalam sebuah kasus. Dan kerapkali, ia digambarkan membawa pedang bermata dua yang menyimbolkan kekuatan Pertimbangan dan Keadilan. Kemudian, ia juga digambarkan mengenakan tutup mata. Ini dimaksudkan untuk mengindikasikan bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu, blind justice & blind equality. (sumber : kompasiana)